x Klub Sastra Bentang: October 2005

Monday, October 24, 2005

[B] Harafisy

Judul Asli The Harafish
Penulis Naguib Mahfouz
Penerjemah Fajar Sri Wahyuni
Penerbit Bentang Pustaka, 2004
Tebal 549 halaman
ISBN 979-3062-21-5


Andai kata keinginan menulis sempat meninggalkanku, aku ingin hari itu jadi hari terakhirku.
--- Naguib Mahfouz


Menurut semua kritik sastra, Harafisy sebenarnya bukanlah karya Naguib Mahfouz yang disarankan untuk mula-mula dibaca oleh khalayak pembaca sastra. Tapi bagi pembaca Indonesia, tentu saja kedua judul tersebut bolehlah dipilih dan dijadikan alternatif menarik, sebab karya Mahfouz yang sangat direkomendasikan tidaklah mudah ditemui di toko buku. Buku Mahfouz yang paling direkomendasikan sebenarnya ada dua: Pertama, Al-Thulatiya Al-Qohirah (The Cairo Trilogy), yang terdiri dari Bayn Al-Quasrayn (Palace Walk, 1956); Quast Al-Shawq (Palace of Desire, 1957); Al-Sukkariyah (Sugar Street, 1957). Menurut Joko Suryatno, seorang penerjemah sastra Arab, trilogi itu tebalnya kurang-lebih 1500 halaman. Kedua adalah Aulad Haratina (Children of Gebelaawi, 1959).

Setahu saya The Cairo Trilogy sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tapi sejauh ini belum diterbitkan; sedangkan Aulad Haratina sudah diterjemahkan Joko Suryatno dan diterbitkan menjadi beberapa judul, setelah sebelumnya dimuat secara berkala di harian Republika dan Pikiran Rakyat. Patut dicatat bahwa Joko Suryatno pun berhasil menerjemahkan karya Mahfouz lainnya, antara lain Al-Liss Wa-Al-Kilab, Al-Sarab, Al-Hubb Taht Al Matar, Al-Karnak, dan Hams Junun. Karya Mahfouz yang pernah beredar di pasar selain judul di atas ialah Awal dan Akhir, Pengemis,Kisah 1001 Siang dan Malam, Miramar, Yawm Maqtal Al Za'im, dan lain-lainya. Dengan daftar itu, rasanya tidak berlebihan ternyata pembaca Indonesia sebenarnya sudah cukup familiar dengan Mahfouz; bahkan barangkali kita boleh berspekulasi dia adalah penulis Arab yang karyanya paling banyak diterjemahkan setelah Kahlil Gibran.

Produktivitas dan kualitas Mahfouz dalam menulis tentu saja sudah tidak perlu diragukan lagi, apatah lagi dia mendapat Hadiah Nobel Sastra pada 1988. Kemenangan ini di satu sisi menjadikannya penulis Arab pertama yang menerima hadiah tersebut, tapi di sisi lain menurut sejumlah pengamat pemberian itu terlambat, sebab baru diberikan setelah dia berkarir di dunia sastra lebih dari 30 tahun lamanya. Dalam rentang waktu yang begitu panjang itu, sudah puluhan buku dia tulis, dan hanya karena kini kesehatannya buruk saja dia tidak mampu lagi menulis karya panjang. Punggung Mahfouz cacat karena ditikam oleh seorang Muslim fundamentalis, sementara matanya kini menjelang buta. Sedangkan kecenderungan menulisnya pun mengalami perubahan ciri khas dan periodisasi. Sebelum menulis novel, pada awalnya Mahfouz sempat menulis nonfiksi, yakni dalam bidang filsafat dan sejarah, sesuai dengan jurusan yang dia ambil di universitas.

Dengan memperhatikan karya dan ciri khasnya, kritik mengategorikan karyanya dalam empat fase. Salah satunya diajukan Rasheed El-Enany, dalam Naguib Mahfouz: The Pursuit of Meaning (Routledge, 1993), yakni:

1. periode novel 'roman sejarah' yang bersumber pada sejarah Mesir kuno, termasuk alegori dan simbolisme cerita-cerita nabi (1939-1944).

2. periode realistik/naturalistik, yakni mengubah ketertarikan pada isu kekinian, pada pengaruh psikologis karena perubahan sosial pada masyarakat umum. Puncaknya ketika menghasilkan The CairoTrilogy.

3. periode modernis/eksperimental, yang menghasilkan sejumlah novela dengan alur cepat disertai unsur narasi stream of consciousness dan dialog seperti dalam skrip film. Periode ini banyak menghasilkan novel alegoris, simbolik dan filosofis.

4. periode simbolik-sufistik, yang komposisinya lebih pendek-pendek namun kembali pada bentuk penulisan tradisional, dengan tema lebih spiritual.

Dari bentuknya, Harafisy dapat dimasukkan ke dalam periode realistik. Meskipun jarak penciptaannya cukup lama dengan periode kedua, rupanya Mahfouz kembali pada narasi-narasi pendek yang memang sangat dikuasainya; dalam Harafisy hal itu diperkuat lagi melalui pembabakan yang enak sekali untuk diikuti. Pembabakan itu dia gunakan baik untuk pergantian alur cerita maupun memaparkan suasana dan kesimpulan. Sebagaimana lazim dalam novel epik-sejarah, rentang waktu dalam Harafisy juga sangat panjang, beralih-alih generasi, dari awal pembentukan kejayaan hingga pergantian dan perebutan kekuasaan yang kerap memakan korban, melahirkan permusuhan antarkeluarga, fitnah, dengki, konspirasi, konflik kepentingan, tak jarang malah memunculkan rasa jijik atas sesuatu yang dimaknai sebagai 'kejayaan', 'keagungan,' dan 'kemuliaan.'

Harafisy berfokus pada sejarah keluarga Al-Nagi, yang awal kejayaannya dibangun oleh Asyur bersama istrinya Fulla. Asyur membangun keluarga sederhananya di perkampungan kumuh yang porak-poranda karena bencana alam. Dibimbing oleh mimpi agar lebih dahulu meninggalkan kampungnya agar tidak terkena bencana, dia seolah-olah merupakan penjelmaan manusia setengah dewa yang jadi begitu bijak setelah mengalami sejumlah tempaan hidup. Begitu kembali dan menyaksikan kampungnya hancur dan nyaris menghabiskan seluruh penghuni, dia menjadi manusia dewasa yang mampu mengayomi seluruh penduduk, tempat para harafisy tinggal. Harafisy adalah gelandangan, orang kebanyakan, yang dalam novel ini berusaha dimaknai secara positif. Mereka terdiri dari pekerja kasar, buruh, pengangguran, dan tunawisma. Karena miskin, mereka tinggal di perkampungan kumuh, yang biasanya dipimpin oleh seorang kepala suku. Kepala suku dalam sebuah harafisy menempati posisi yang sangat penting, karena perannya yang sangat sentral terhadap kondisi psikologis dan sosial masyarakat itu. Perebutan menjadi kepala suku biasanya berlangsung dalam suatu pertarungan brutal; pemenangnya menjadi kepala suku, sementara yang kalah, kalau tidak tewas, harus bersumpah setia terhadap pemimpin baru. Yang aneh, kadang-kadang perebutan kekuasaan itu terjadi begitu saja, bisa dipicu oleh kejadian yang tidak disangka-sangka. Lain halnya dengan Asyur, yang menjadi kepala suku secara alamiah, lebih disebabkan karena kebesaran jiwa dan kearifan menghadapi penduduk yang perlahan-lahan memenuhi perkampungan itu. Dia rendah hati, disegani, dan menjadi legenda abadi setelah meninggal dunia.

Peran paling penting yang dilakukan kepala suku adalah melindungi penduduk setempat serta menyantuni dan mengayomi mereka. Kepala suku inilah yang melindungi mereka seandainya aparat pemerintah sewenang-wenang atau bila kampung lain tiba-tiba menyerang. Kekuasaan kepala suku yang besar, penghormatan penduduk kepadanya, menjadikan kedudukan itu merupakan prestise yang layak diperjuangkan dengan segala cara. Ketika Asyur beranak-pinak, dan akhirnya meninggal, keturunannya secara alamiah juga masuk ke dalam pusaran kepentingan itu, meskipun sebagian di antara mereka kadang-kadang sebenarnya tidak kompeten, bahkan menggunakan kekuasaan itu untuk menindas atau mengumpulkan keuntungan pribadi. Kadang-kadang mereka dikalahkan keluarga lain, atau ada juga yang sejak awal tidak tertarik dengan kepemimpinan seperti itu, lebih ingin mengurus kesejahteraan dan menjadi orang biasa. Namun menjadi keturunan Al-Nagi tidaklah semudah yang dibayangkan siapa pun. Mereka hidup dalam legenda, arus kepentingan, bertaruh reputasi dan kehormatan. Dalam novel ini akhirnya muncul seorang keturunan Al-Nagi yang dengan sempurna mampu mengembalikan idealisme keluarga sebagaimana diwariskan Asyur Al-Nagi.

Di tangan Mahfouz sejarah panjang sebuah keluarga yang berlangsung puluhan generasi, berlangsung di suatu tempat di Mesir, dengan drama dan peristiwanya diolah begitu memikat. Pembaca mungkin sedikit kesukaran langsung mampu mengingat sejumlah nama yang jumlahnya banyak, dengan karakter yang masing-masing kuat dan mengesankan, datang dan menghilang apabila sudah waktunya, namun sebagai epik, novel ini tampil dengan segala kekuatan dan pesonanya. Berbeda dengan Lorong Midaq yang lebih menampilkan tempat alih-alih karakter (tokoh), Harafisy menampilkan potret panjang sebuah keluarga yang silsilahnya dipelihara baik-baik demi menjaganya dari keruntuhan. Mahfouz mengolah mitos, sifat dan hasrat manusia, dihadapkan dengan kondisi sosial-politik, moralitas, persaingan, di dunia yang kompleks dan senantiasa diintai perubahan. Bila dalam Awal dan Akhir Mahfouz menampilkan kronik keluarga dalam satu generasi; sementara Children of Gebelawi menggunakan folklor Mesir kuno dan Islam sebagai medium narasi, Harafisy memperlihatkan paduan teknik bercerita di antara keduanya, dan hasilnya memikat.

Harafisy dengan jelas memperlihatkan bahwa Mahfouz sangat memperhatikan Mesir dan masyarakatnya. Negeri itu bukan semata-mata bernilai geografis dan historis, melainkan telah menjadi semacam jiwa, yang nilainya tak bisa diganti oleh apa pun dalam karir kepenulisannya. Edward W. Said menegaskan arti penting Mesir bagi Mahfouz itu dalam sebuah artikel di New York Review of Books, 30 November 2000: 'Mesir bagi Mahfouz tidak memiliki bandingan dengan bagian dunia manapun. Kuno melampaui sejarah, perbedaan geografis disebabkan Nil dan pegunungan suburnya, Mesir bagi dia adalah akumulasi sejarah yang sangat panjang, dengan rentang waktu ribuan tahun, dan meskipun berkali-kali berganti penguasa, rezim, agama, dan ras (bangsa) tetap mampu mempertahankan identitas tanpa pernah putus.'[]

Anwar Holid

Saturday, October 22, 2005

[B] Pertengkaran

Judul Asli The Squabble
Penulis Nikolai Gogol
Penerjemah Imam Muhtarom
Penerbit BENTANG (PT Bentang Pustaka)
Tahun 2005, Cetakan 1
Tebal 166 hal

"Amat orisinal dan sangat jenaka........."

Demikian Alexander Pushkin memberikan komentarnya untuk Pertengkaran, kisah panjang - meminjam istilah Achdiat Kartamihardja dalam Manifesto Khalifatullah - karya sahabatnya, Nikolai Gogol. Gogol dan Pushkin berkenalan pertama kali pada 1831 dan kemudian menjalin persahabatan yang erat. Sebagai seorang sastrawan besar, karya-karya Pushkin sangat memengaruhi tulisan-tulisan Gogol selanjutnya.

Selain menulis cerpen dan novel, lelaki kelahiran Sorochintsi, Ukraina pada 1809 ini, juga membuat naskah drama dan puisi. Novel yang melambungkan namanya adalah The Dead Souls (1842) yang ditulisnya di Roma, Italia (terjemahan Indonesianya : Jiwa-jiwa Mati terbitan Pustaka Jaya tahun 1982). Dan dramanya yang sangat terkenal, yaitu : The Inspector General (1836). Teater Populer di bawah arahan Teguh Karya pernah mementaskan lakon ini dengan bagus sekali.

Pertengkaran - diterjemahkan dari edisi Inggrisnya berjudul The Squabble - ditulisnya dalam kurun waktu 1832-1836. dan diterbitkan di London pada 2002. Buku ini memuat tiga buah kisah, yaitu : Pertengkaran, Tuan Tanah Dunia Lama, dan Kereta Kuda. Ketiganya dikisahkan dengan amat jenaka, penuh sindiran serta kritik sosial kepada - terutama - para pejabat dan kaum borjuis (tuan tanah, hakim, dan para bangsawan lainnya)

Pertengkaran bercerita tentang perselisihan dua orang bangsawan bertetangga - Ivan Ivanovich dan Ivan Nikiforofich - yang semula bersahabat karib. Pangkalnya adalah karena keinginan Ivan Ivanovich untuk memiliki senjata tua milik Ivan Nikiforovich tak terpenuhi. Ivan Ivanovich menawarkan seekor babi berbulu coklat miliknya sebagai penukar. Namun Ivan Nikiforovich tidak bersedia, meskipun sahabatnya itu menambahkan dua karung gandum lagi selain babi berwarna coklat tadi.

Mereka terlibat adu mulut yang seru hingga terlontar ucapan kasar bernada menghina dari Ivan Nikiforovich yang membuat Ivan Ivanovich sangat tersinggung. Bangsawan gendut itu telah menyebut Ivan Ivanovich sebagai seekor angsa yang dungu. Sejak itu, keduanya memutuskan untuk tidak saling bicara lagi. Bahkan, mereka lantas membawa perkara tersebut ke meja hijau.

Kisah kedua adalah Tuan Tanah Dunia Lama yang agak sentimentil namun tak kalah jenakanya dengan Pertengkaran. Ia berkisah tentang percintaan yang manis sepasang suami istri pemilik pertanian sampai akhir hayat mereka.

Yang terakhir adalah Kereta Kuda, tentang seorang bangsawan yang membual memiliki sebuah kereta kuda paling hebat di kotanya demi sanjungan dan status sosialnya.

Disampaikan dengan gaya narasi yang menarik, Pertengkaran dan dua cerita lainnya menyuguhkan sepotong "kue" dengan rasa Rusia yang khas, bahkan hanya dari nama tokoh-tokohnya . Rasa khas tersebut semakin kuat dengan tambahan kata/istilah setempat - umumnya untuk makanan dan minuman - yang dibiarkan tetap dalam bahasa aslinya (keterangannya baru kita jumpai di halaman terakhir buku ini)

Sastrawan bernama lengkap Nikolai Vasilyevich Gogol ini meninggal pada 1852 dalam kondisi jiwa setengah gila. Karya-karyanya banyak memberi pengaruh pada penulis generasi selanjutnya, seperti Dostoyevsky dan Franz Kafka.

Endah Sulwesi 22/10

Monday, October 10, 2005

[BukuBaru] Kantor Detektif Wanita No.1



Judul Buku : Kantor Detektif Wanita No.1
Penulis : Alexander McCall Smith
Tebal : x + 418 halaman
Cetakan : Pertama, September 2005
Format : 11,5 cm x 17,5 cm
ISBN : 979-3062-76-2



SINOPSIS

“Aku ingin kamu punya bisnis sendiri,” kata ayahnya menjelang kematiannya. “Jika kaujual ternaknya sekarang, kamu akan untung besar. Juallah dan dirikan bisnis. Kios daging mungkin. Toko minuman. Terserah kamu.”
Dia memegang tangan ayahnya dan menatap dalam-dalam mata pria yang dicintainya melebihi apa pun itu, Ayahnya, Ayahnya yang bijak, yang paru-parunya penuh terisi debu dari tambang tempatnya bekerja dan yang telah mengencangkan ikat pinggang dan menabung agar hidup anak perempuannya bisa lebih baik.
Sulit sekali mengeluarkan suara sambil berderai air mata, tapi akhirnya dia bisa berkata: “Aku akan mendirikan kantor detektif. Di Gaborone. Kantorku akan menjadi yang terbaik di Botswana. Detektif Wanita No. 1.”
Sejenak mata ayahnya terbelalak dan tampaknya dia berusaha keras untuk bisa berbicara.
“Tapi…tapi…”
Tapi ia meninggal sebelum sempat mengeluarkan kata-kata lagi, dan Mma Ramotswe menjatuhkan diri ke dada ayahnya dan menangis sesenggukan karena martabat, cinta, dan penderitaan yang turut dibawa serta oleh ayahnya.

Komentar

“Saya terpesona oleh tokoh Precious Ramotswe dan humor cerdas dalam karya Alexander McCall Smith, keterampilannya dalam menghidupkan suatu budaya.”
(Anthony Minghella - sutradara The EnglishPatient)

[BukuBaru] Laskar Pelangi



Judul Buku : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Tebal : xvi + 534
Cetakan : Pertama, September 2005
Format : 13 cm x 20,5 cm
ISBN : 979-3062-79-7


SINOPSIS

Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah walau keadaan tak bersimpati pada mereka. Tengoklah Lintang, seorang kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu—bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan Padamu Negeri di akhir jam sekolah. Atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak logis, kreatif, dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus. Dan juga sembilan orang Laskar Pelangi lain yang begitu bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita. Selami ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan mereka, dan temukan diri Anda tertawa, menangis, dan tersentuh saat membaca setiap lembarnya. Buku ini dipersembahkan buat mereka yang meyakini the magic of childhood memories, dan khususnya juga buat siapa saja yang masih meyakini adanya pintu keajaiban lain untuk mengubah dunia: pendidikan.

Komentar

“Saya sangat mengagumi novel Laskar Pelangi karya Mas Andrea Hirata. Ceritanya berkisah tentang perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan. [Novel ini menunjukkan pada kita] bahwa pendidikan adalah memberikan hati kita kepada anak-anak, bukan sekadar memberikan instruksi atau komando, dan bahwa setiap anak memiliki potensi unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang di masa depan, apabila diberi kesempatan dan keteladanan oleh orang-orang yang mengerti akan makna pendidikan yang sesungguhnya.”
(Kak Seto - Ketua Komnas Perlindungan Anak)

“Ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana, kendala, dan kualitas pendidikan.”
(Sapardi Djoko Darmono - Sastrawan dan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UI)

“Di tengah berbagai berita dan hiburan televisi tentang sekolah yang tak cukup memberi inspirasi dan spirit, maka buku ini adalah pilihan yang menarik. Buku ini ditulis dalam semangat realis kehidupan sekolah, sebuah dunia tak tersentuh, sebuah semangat bersama untuk survive dalam semangat humanis yang menyentuh.”
(Garin Nugroho - Sineas)

“Cerita Laskar Pelangi sangat inspiratif. Andrea menulis sebuah novel yang akan mengobarkan semangat mereka yang selalu dirundung kesulitan dalam menempuh pendidikan.”
(Arwin Rasyid - Dirut Telkom dan dosen FEUI).

“Inilah cerita yang sangat mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, [yang] dituturkan secara indah dan cerdas. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Sebagai penyakit sosial kemiskinan harus diperangi dengn metode pendidikan yang tepat guna. Dalam hubungan itu hendaknya semua pihak berpartisipasi aktif sehingga terbangun sebuah monumen kebajikan di tengah arogansi uang dan kekuasaan materi.”
(Korrie Layun Rampan - Sastrawan dan Ketua Komisi I DPRD Kutai Barat)

Friday, October 07, 2005

[K] Kantor Detektif Wanita No.1


Friends, penerbit Bentang Pustaka kembali mengadakan kuis mengomentari buku. Kali ini buku yang harus dikomentari adalah buku fiksi terbitan Bentang terbaru berjudul Kantor Detektif Wanita No. 1 karya Alexander McCall Smith
Bagi komentar terbaik akan mendapat hadiah berupa langganan gratis buku-buku Bentang selama 3 bulan, seru tho?!...;)

Adapun ketentuan dan syarat mengikuti kuis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Peserta kuis harus sudah terdaftar sebagai anggota milis Klub Sastra Bentang. Bagi yang belum menjadi anggota, dapat segera mendaftarkan diri dengan mengirimkan email kosong ke klub-sastra-subscribe@yahoogroups.com atau torehkan saja emailmu di form Gabung Milis di sebelah kanan halaman ini.

2. Panjang komentar 500 - 1000 karakter.

3. Komentar dikirimkan ke bentangpustaka@yahoo.com

4. Kuis dibuka 7 Oktober 2005 dan ditutup 30 Oktober 2005

5. Pemenang kuis akan diumumkan di milis Klub Sastra Bentang.

6. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 komentarnya.

Gampang kan? Cuma nulis komentar aja kok, bukan resensi buku. Nah, jadi buruan deh ikut! Novelnya sudah bisa dibeli di toko-toko buku dari sekarang. Selamat berkomentar ya...:)