[B] Detektif Feng Shui 2 : Perjalanan Ke Selatan
Penulis Nury Vittachi
Alihbahasa Sofia Mansoor
Penerbit C/Publishing
Tahun 2005 cetakan pertama
Tebal 44 hal
Penerbit C/Publishing, hanya selang sebentar setelah Detektif Feng Shui, kembali menerbitkan Detektif Feng Shui 2 : Petualangan Ke Selatan, yang merupakan bagian ke dua dari trilogi kisah detektif Wong, si ahli feng shui, yang sering secara tak sengaja terlibat dalam sebuah kasus yang mengharuskannya terjun menyelidiki bersama asistennya, Joyce McQunnie. Mereka berdua adalah pasangan yang unik. Satunya pria keturunan Cina berumur 56 tahun, sementara yang lain, seorang cewek ABG, bule, berusia 18 tahun.
Walaupun ini novel serial, tetapi tetap berdiri sendiri-sendiri. Buku kedua bukan merupakan kelanjutan cerita buku pertama. Kisahnya pada masing-masing buku berbeda. Hanya tokoh-tokohnya saja yang masih tetap sama. Namun, memang tetap lebih asyik jika kita membacanya urut dari buku pertama. Rencananya, C/Publishing dalam waktu dekat akan segera menerbitkan jilid ketiganya pula.
Dalam buku ke dua ini, C.F.Wong beserta Joyce, seperti pada buku pertama, menangani pula beberapa kasus sekaligus. Kasus pertama adalah hilangnya Danita Mirpuri, puteri seorang pengusaha ekspor impor keturunan India. Kasus kedua - kasus utama dalam kisah ini - adalah menggagalkan usaha pembunuhan atas Madeleine Tsai, anak gadis seorang pengusaha properti paling kaya di Hong Kong. Dalam usaha menyelamatkan nyawa gadis tersebut, pasangan detektif itu harus memburu sang pembunuh sampai ke belahan dunia paling selatan : Australia. Di Sydney, terjadilah kejar-kejaran antara mereka bagaikan adegan film action Amerika. Perkara terakhir adalah mengusir hantu dari ruang praktek dokter gigi. Tentu saja, di balik cerita hantu itu terdapat sebuah rencana jahat yang mengakibatkan nyawa seseorang harus melayang.
Ketiga kasus tersebut diramu dengan asyik oleh Nury Vittachi, penulisnya, yang kini tinggal di Hong Kong. Bumbu-bumbu humor segar dan jenaka menjadikan kisah detektif ini renyah dikunyah menerbitkan senyum dan bahkan tawa ngakak. Kelucuan tersebut banyak muncul dari dialog antara Wong dengan asisten bulenya itu. Perbedaan usia, kebiasaan, serta latar belakang budaya keduanya, menciptakan gap yang cukup besar sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada kelucuan-kelucuan. Atau juga biasanya timbul karena salah mengartikan sebuah kata dalam bahasa Inggris. Wong, dengan pemahaman bahasa Inggris yang terbatas, seringkali keliru dalam pengucapan ataupun listening sehingga artinya pun jadi salah. Seperti :
Ia melangkah masuk ke toko buku dan menunjuk ke sebuah kartu pos bergambar. "Gedung apa ini?" tanyanya kepada petugas toko.
"Itu Opera House", jawabnya
"Oprah House?"
"Yap"
Wong termenung sejenak. "Aku pernah melihat orang itu di TV. Di Singapura....." (hal 369)
Detektif Feng Shui memang berbeda sekali dengan kisah-kisah detektif ala Agatha Christie yang serius atau model Dan Brown dengan Robert Langdon-nya yang sarat dengan thriller. Cerita dan plotnya jauh lebih ringan dari kedua jenis novel detektif tersebut. Sebagai sebuah bacaan, ia sangat menghibur. Apa lagi dengan kedekatan tradisi dan budaya Asia sang detektif, membuat kita, pembaca di Indonesia, lebih merasa akrab dengan tokoh utamanya itu. Dengan demikian, lebih mudah bagi kita untuk mencerna dan memahami kelucuan-kelucuan yang terjadi. Maka, tertawalah...!
1 Comments:
Very nice site! » » »
Post a Comment
<< Home