x Klub Sastra Bentang: [B] Bunglon

Wednesday, June 22, 2005

[B] Bunglon



Judul: Bunglon - Kumpulan Puisi Hasyim Wahid
Penerbit: PT Koekoesan
Terbit: Cetakan I Juni 2005
Tebal: X + 74 halaman 14 x 20 Cm
Kontributor: Angin Semilir

Bunglon!. Ah.. ini binatang yang tak jelas. Siapapun akan
terkecoh dengan buku ini yang sampulnya hitam. Tulisan
Bunglon dua warna yang terdiri dari merah dan putih. Hurup
B merah, U Putih, N merah, G putih L merah, O putih N
merah dan tanda seru putih. “Buku ini mungkin menceritakan
tentang binatang melata yang mampu mengubah warna
tubuhnya” itu batin bagi melihat buku ini sepintas.

Namun melihat nama di “kaki” buku itu, sedikit kaget.
Karena penulisnya adalah Hasyim Wahid, yang tak lain
adalah adik Gus-dur mantan Presiden “segar” Indonesia IV itu. Sedikit takjub karena di belakang tertulis “Puisi bukanlah senjata” “Ia adalah buah keserakahanmu” .
Fantastis..


Tentang awal dan akhir

Awalnya bukanlah kata
Melainkan rasa
Akhirnya bukanlah bening
Melainkan hening.
2005




Itulah sebuah puisi yang terdapat pada halaman 1. Ia
membuka dengan penuh sentuhan rasa. Ia seolah berada dalam
alam yang benar-benar sunyi. Sedikit mengetahui tentang
pria ini, dari puisinya Tentang awal dan akhir, tampak
memiliki kekuatan batin dan mampu membuat pembaca puisi
ini tertarik untuk larut dalam “emosinya”. Keheningan yang
dimilikinya lantaran kewajiban sebagai pria muslim untuk
berpuasa menahan lapas dan dahaga.
Tapi tiba-tiba saja bergejolak, pas dengan judul buku ini
Bunglon! Bak formula 1, ia tiba-tiba berontak
mengekspresikan jiwanya.

Tentang bunglon dan manusia

Ratusan bunglon penuh warna-warni/ asyik bertarung di
dalam kandang sendiri-sendiri/ didalam kandang beton
berkubah dua/ setelah menyandera lebih dari duaratus juta
manusia

Nah, pertanyaannya, Saudara :

Apakah bunglon-bunglon itu terlalu sadis ataukah
manusia-manusia itu terlalu mashokis?..
2005 (hal 2)



Sangat vulgar. Tapi itulah kekesalan seorang Hasyim Wahid
terhadap lembaga legislatif di kandang beton berkubah dua.
Pandangan pria berumur 52 tahun ini, manilai kalangan
“bunglon” yang selalu bersidang senang bila melihat
penderitaan rakyat. Namun dalam bathin Hasyim masih juga
bertanya soal kesenangan wakil rakyat yang tak tau diri
sebagai wakil malah membuat tuannya menderita.

Melihat puisi-puisi yang ditampilkan Hasyim wahid rasanya
sangat emosional. Tapi itulah kenyataannya. Kumpulan
puisinya yang terdiri dari 69 puisi itu bak mendaki bukit.
Semula mengajak kita berjalan mendaki perlahan. Ketika
berada di puncak ia malah mengajak kita menuruni lembah
hingga terakhir seakan-akan ia mengajak kita berhenti.
Simaklah puisinya yang terakhir dalam buku ini :


Pembicaraan Rahasia

Ini pembicaraan rahasia
Yang bukan intel tidak ambil bagian
---------------------------------------------------------
L A P O R A N
Nama : Hasyim Wahid
Pekerjaan : Pengangguran terselubung, pembangkan terbuka
Catatan : Yang bersangkutan sepanjang hidupnya tidak
pernah melakukan kebaikan
Sebagai warganegara
Laporan Selesai


Baiklah!

Jika begitu

Pada tarikan napas terakhir

Aku akan lakukan satu kebaikan

Aku akan berdoa :

Tuhanku

Berkatilah

Generasi penerus negara ini

Sesungguhnya

Merekalah pewaris utang negara!



Napas kita seakan berhenti, ia juga mengajak kita
berhenti. Itulah Hasyim Wahid yang dilahirkan di Jakarta
tgl 30 Oktober 1953. Ia adalah mantan ketua dewan pengurus
Pusat serta anggota Badan Penelitian dan pengembangan PDIP
(1998-1999). Ia belajar puisi secara otodidak. Pernah
bekerja sebagai staf ahli BPPN (1999-2000). Ia menaruh
minat tentang anggur, sastra, musik klasik/rock/metal,
seni tempa/logam, mistisme Islam, sejarah, geopolitik dan
masalah intelijen. Ia mengaku capat bosan. Hal itu
terbukti ketika ia kuliah di Fakultas Psikologi UI tapi
betah tiga bulan. Lalu ia ke Bandung kuliah di ITB Tehnik
Kimia, juga tak betah. Inilah juga merupakan salah satu
sosok musuh Soeharto.

Hasyim suka berpetualang dari satu pesantren ke pesantren,
menimba ilmu dari para kiai sufi guna memperdalam ilmu
batinnya. Yang menarik ia juga suka bertapa termasuk ke
makam para wali, dari situlah ia bertafakur untuk
mendapatkan ilham guna memperkuat ilmu spiritualnya.
Bunglon adalah merupakan kumpulan puisinya yang
pertama. Bunglon ! (2005)

2 Comments:

At 9:07 PM, Anonymous Anonymous said...

Tanpa mengurangi penghargaanku pada review Angin ini (dan naskah2 berikutnya), gimana kalau terlebih dulu melalui proses editing. Bukan ttg isi, hanya sebatas ejaan saja, agar lebih enak gitu bacanya sembari belajar ejaan yang baik dan benar (misalnya : batin bukan bathin)

 
At 2:54 AM, Anonymous Anonymous said...

gus Im memang beda..
dari semua anak Wahid Hasyim hanya Gus Im yang bisa menempatkan posisi esentrik nasional dari berbagai sisi kehidupan..
berkelas memang..

 

Post a Comment

<< Home