x Klub Sastra Bentang: September 2005

Monday, September 05, 2005

[B] Siddharta

Penulis Hermann Hesse
Alihbahasa Sovia V.P.
Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tahun 2004 - Cetakan II
Tebal xi + 226 hal

Siddharta adalah seorang pemuda yang gelisah. Ia hidup di masa Sang Buddha Gotama tengah gencar-gencarnya mengenalkan dan menyebarkan buddhisme. Jiwa mudanya selalu gelisah. Ada yang terasa salah dalam hidupnya. Ada yang terasa belum lengkap. Padahal sebagai putra seorang brahmana, ia hidup berkecukupan. Berlimpahan cinta dan kasih sayang dari ayah dan ibunya serta sahabat setianya : Govinda. Namun, semua itu terasa tak cukup baginya. Ia belum merasa bahagia.

Maka, pada suatu ketika, memohonlah ia pada ayah tercinta untuk diizinkan pergi mengembara untuk menjadi pertapa di hutan-hutan. Sahabat sehati, Govinda, mengiringi. Berhari-hari mereka menjalani hidup sebagai pertapa : bersemadi di tengah kesunyian hutan sembari sesekali mengemis ke kota mencari makanan.

Ternyata hidup sebagai pertapa belum juga memuaskan rasa bahagianya sampai suatu masa bertemulah ia dengan Sang Buddha Gotama yang Agung yang berjalan di kota dalam balutan jubah kuning anggun dan berhasil memikat hati Govinda untuk segera bergabung menjadi pengikutnya. Tidak demikian dengan Si Jiwa Liar Siddharta. Ia malah berlalu dari hadapan Sang Buddha karena tak bisa menerima ajarannya.

Dalam pengembaraan selanjutnya, berjumpalah sang pemuda gelisah dengan seorang pelacur cantik: Kamala. Mereka saling jatuh cinta. Dimulailah perkenalan Siddharta dengan perempuan, cinta, dan seks. Dia pikir, di sinilah akhir pencariannya : dalam pelukan seorang wanita yang memberikan segala untuknya. Sementara itu, ia juga telah menjadi kaya raya sebab perkenalannya dengan seorang saudagar : Kamaswami. Dari Kamaswami ini, Siddharta belajar berdagang, berbisnis, dan berjudi. Hingga akhirnya ia muak dengan kehidupannya yang serba foya-foya itu. Harta dan wanita tak juga membuatnya bahagia.

Lalu di manakah kebahagiaan itu bersembunyi? Di nirwanakah seperti kata Sang Buddha? Mengapa begitu sulit rasanya menemukan kebahagiaan sejati?

Novel Siddharta karya Hermann Hesse, sastrawan kelahiran Jerman 1877 dan meninggal pada 1962, ini adalah sebuah novel religius yang berkisah tentang pencarian spiritual seorang manusia demi menemukan kebahagiaan hakiki dalam hidupnya. Karya sastra yang terbit sekitar tahun 1920-an ini mengajak kita merenung memasuki rasa jiwa paling dalam seorang manusia. Melalui pengembaraan spiritual Siddharta, kita mengenali ego kita sebagai manusia yang sombong, selalu merasa paling cerdas, selalu merasa selangkah di depan yang lain...Sampai akhirnya kita tersadar bahwa sebenarnya alangkah sederhananya makna kebahagiaan itu jika kita mau melihat dengan jujur ke dalam diri kita sendiri.

Sesuai setting-nya di zaman Sang Buddha Gotama masih hidup, kita akan menemukan banyak istilah agama Buddha /Hindu yang berasal dari bahasa Sansekerta, seperti : OM, samsara, nirwana dll. Pun nama-nama tokohnya : Siddharta, Vasudeva, Kamala, Govinda. Dari sini tampak ketertarikan Hesse yang Protestan (Kakek dan ayahnya seorang misionaris Protestan) pada eksotisme timur yang diwakili oleh agama/budaya Hindu dan Buddha. Bisalah diduga ia mengambil setting India untuk ceritanya ini.

Karya-karya Hesse yang lain adalah : Demian (1919), Steppenwolf (1927), Narcissus and Goldmund (1930), Journey to The East (1932), dan The Glass Bead Game (1943). Dia mendapat Nobel untuk karya sastra pada tahun 1946.


Endah Sulwesi 31/8